Di
suatu siang ba’da sholat zuhur tiba-tiba saja terfikirkan tentang suatu hal
yang membuat hati ini tergetar. Pemuda saat ini begitu menghawatirkan, telalu
banyak galau dengan hal yang tidak semestinya untuk digalaukan. Galau soal
jodoh, galau karena ngga masuk gank yang populer, galau karena diputus pacar
dan galau galau lain yang bukan semestinya menyedot energy untuk memikirkannya.
Tapi
pernahkah kita galau memikirkan bagaimana cara Malaikat mencabut nyawa kita??
Ketika
saya memikirkan hal demikian saya teringat sebuah hadis yang sering membuat
saya menitikan air mata. Hadis tersebut dikuip dalam kitab Ihya Ulumuddin yang
berbunyi:
Mengenai
belajar dan mengajar, Mu’adz bin Jabal meriwayatnya marfu’_mengatakan,
“Pelajarilah ilmu, sebab mencari ilmu karena Allah adalah kebaikan, menuntutnya
adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad,
mengajarkannya adalah sedekah, dan membelanjakan hartanya kepada ahlinya adalah
kedekatan (qurbah). Ia adalah teman yang menghibur dalam kesendirian, sahabat
dalam kesepian, ptunjuk dalam suka dan duka, pembantu disisi sahabat karib,
teman disisi kawan dan penerang jalan surga. Dengannya Allah mengangkat
bangsa-bangsa, lalu Dia menjadikan mereka pemimpin, penghulu, dan pemberi
petunjuk kepada kebajikan. Jejak mereka diikuti dan perbuatan mereka
diperhatikan. Malaikat suka pada perilaku mereka dan mengusap mereka dengan
sayap-sayapnya.
Segala
yang basah dan kering memohon ampunan atas dosa mereka, hingga ikan, binatang
laut, binatang buas serta binatang jinak
di darat dan di langit beserta bintang-bintangnya. Karena ilmu adalah kehidupan
hati dari kebutaan, cahaya mata dari kezhaliman dan kekuatan tubuh dari
kelemahan. Denagn ilmu, seorang hamba sampai pada kedudukan orang-orang baik
dan tingkatan yang paling tinggi. Memikirkannya setara dengan bepuasa dan
mengkajinya sama dengan menegakkan shalat. Dengannya Allah ditaati, disembah,
diesakan dan ditakuti. Dengannya pula, tali silaturahmi diikatkan. Ilmu adalah
pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Ilmu diilhamkan kepada orang-orang
yang brbahagia dan diharamkan bagi orang-orang yang celaka.”
Saudaraku,
mungkin kita pernah berfikir ingin wafat dalam keadaan khusnul khatimah, wafat
disaaat sedang sholat, sedang zakat, berpuasa, atau berhaji.. tafadhal karena
semua orang muslim yang beriman pasti menginginkan wafat yang demikian, namun
saat saya merenungi hadis diatas terbersit fikiran bahwa saya akan merasa
bangga dan bahagia apabila Allah mencabut nyawa saya dalam keadaan belajar atau
dalam keadaan sedang mengajar..
Wallahu
alam,, yulian :D