...
“oke,
jadi begini Guys…. Ada beberapa hal yang menurutku bisa jadi alasan yang kuat
untuk mengkategorikan Rana sebagai seorang anak indigo. Pertama adalah dari keterangan
Clara dua hari lalu, Rana sering terlihat diam, atau berbicara sendiri dengan
sesuatu seolah berbincang dengan orang lain, dia juga pernah menasehati teman
kos Clara layaknya orang yang lebih tua.
Yang
kedua adalah hasil observasiku pada Rana kemarin yang memang tampak ada
beberapa kejanggalan yang terjadi di antara kami….” Sebelum sempat aku
menjelaskan detail kejadian yang menimpa kami kemarin, tiba-tiba Bayu menyela
pembicaraanku
“Tunggu
Dis,, sebelum kamun jelaskan tentang tanda-tanda Rana. Lebih baik kamu
terangkan dulu apa itu indigo supaya kami ada gambaran dan bisa ikut
membandingkan dengan penjelasan kamu nanti”
“oke
Bay,, jadi begini, indigo itu adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan anak
yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan
bahkan supranatural. Konsep tentang indigo ini pertama kali ditemukan
oleh Nancy Ann Tappe pada tahun 1970-an. Pada tahun 1982, Tappe menerbitkan
buku ‘Understanding Your Life Through
Color’ atau bahasa indonesianya ‘memahami hidup anda melalui warna’.
Dalam buku tersebut Tappe menjelaskan bahwa semenjak pertengahan
tahun 1960-an ia mulai menyadari bahwa ada banyak anak yang lahir dengan aura
indigo atau berwarna nila. Nah, warna indigo itu bisa kita lihat dari alat yang
biasa kita sebut foto aura”
“akurat kah itu dis?” tanya Clara antusias
“ya, sejauh ini yang aku tahu memang seperti itu” jawabku tegas, “warna
aura merepresentasikan kepribadian
seseorang”
“yang seperti itu dibahas juga dalam psikologi dis?” tanya bayu
Aku menganggukkan kepala, bayu menyambung perkataannya “koq jadi
seperti supranatural ya?”
“mungkin seperti itu, tapi yang aku tau semuanya bisa dijelaskan
secara ilmiah bay” jawabku
Clara menatapku, ia kemudian berkata “coba jelaskan secara lebih
ilmiah dis…”
“oke, jadi Nancy Ann Tape bisa dibilang sebagai pencetus istilah
indigo untuk anak-anak berkemampuan khusus tersebut. Nah di tahun 1998 gagasan
tentang indigo tersebut kemudian dipopulerkan oleh Lee Caroll dan Jan
Tober dalam buku yang berjudul The Indigo
Children: The New Kids Have Arrived. Tidak hanya sampai disitu, bahkan pada
tahun 2002, diadakan konferensi internasional untuk anak indigo yang
diselenggarakan di Hawai. Lalu pada tahun 2003 mulai dibuat film tentang indigo
yang di sutradarai oleh James Twyman”
Terlihat raut wajah
keduanya sangat serius. Tatapan mereka tajam ke arah mataku, seolah ingin terus
mendengarkan penjelasan yang ku paparkan. Ini dia, sebuah perasaan yang paling
membuatku senang, yaitu berbagi pengetahuan terhadap sesuatu yang menjadi
passion-ku selama ini. Tatapan antusias itu membuat mulutku tak ingin berhenti
untuk berbicara. Bahkan bila diberikan waktu untuk berbicara terus hingga
tengah malam pun aku tak akan keberatan. memang agak berlebihan, namun itulah
namanya passion, tak akan dapat dikalahkan oleh rasa lelah. Sama halnya dengan
seorang atlet sepakbola yang setiap hari latihan namun mereka tidak pernah
merasa bosan untuk melakukannya.
Aku melanjutkan pembicaraan “sampai disini gimana guys,, jelas?”
Clara tersenyum dan mengangguk, Bayu memegang janggutnya “lalu,
apa keistimewaan dari anak indigo dan bagaimana kita bisa membedakan dengan
anak lainnya?”
“oke,,, perlu kita pahami dahulu bahwa manusia diciptakan oleh
Tuhan dengan kelengkapan panca indera. Ada mata untuk melihat, lidah untuk
merasa, kulit untuk meraba, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium.
Semua alat indera itu adalah sensor kita untuk dapat merespon suatu rangsangan
yang terjadi di sekitar kita. Secara sederhana bahwa rangsang itu kemudian di
teruskan ke otak sebagai pusatnya. Setelah itu otak akan mengambil keputusan
terhadap respon apa yang akan kita perbuat terhadap rangsangan yang terjadi
tersebut.
Tingkat kekuatan alat bantu seperti mata, telinga, hidung, lidah
dan kulit sangat menentukan hasil penginderaan yang dicapai. Alat indra yang
lemah atau rusak tidak akan bisa menghasilkan proses pengindraan yang baik.
Begitu pula tingkat kemampuan sistem syaraf pusat dengan ujung-ujung syarafnya
ikut menentukan proses penghantaran sinyal-sinyal listrik statis dari alat
indera ke otak.
Pada anak indigo, sebagian fungsi alat bantu panca indera
dikurangi dan sebagai gantinya digunakan pengindraan langsung oleh otak dengan
tugas sensor dibantu oleh ujung-ujung syaraf di tepi otak bagian luar.
Ujung-ujung syaraf ini menangkap secara langsung pancaran gelombang yang
mendatanginya dan mengirimkannya menjadi sinyal-sinyal listrik untuk diolah di
otak….”
Clara memotong pembicaraanku “sory Dis, apa proses tersebut juga
berkaitan dengan gelombang otak manusia?”
“yup,, benar
Ra. Dalam melakukan kegiatannya otak menggunakan energi dari tubuh yang
kemudian diubah menjadi energi listrik. Tegangan listrik yang dibutuhkan oleh
otak untuk bekerja hanya 1/10 volt. Dengan sinyal-sinyal listrik inilah otak
bekerja menerima, mengolah dan menyampaikan informasi. Semua kegiatan otak ini
berlangsung di sel-sel yang jumlahnya 1 triliyun, 100 milyar sel sel aktif dan
900 milyar sel-sel penghubung
Kemudian
perlu kita ketahui bahwa otak memancarkan gelombang yang disebut gelombang otak.
Gelombang otak ini dibedakan menurut frekuensinya, yaitu Gamma (berfrekuensi
16-100 Hz), Beta (12-19 Hz), Alpa (8-12 Hz), Theta (4-8 Hz), Delta (0,5-4 Hz)
dan yang terakhir ditemukan oleh Dr. Jeffrey D. Thompson, D.C., B.F.A . ,dari
Neuroacoustic research, bahwa masih ada gelombang otak dengan frekuensi dibawah
delta, atau dibawah 0.5 hz, yakni gelombang Epsilon. Semua gelombang tadi
merambat di udara dengan kecepatan cahaya sebesar 299.792,46 kilometer per
detik
Gelombang
otak inilah yang ditangkap oleh sensor di otak orang Indigo sebagai pembawa
informasi dan dipancarkan kembali sebagai bentuk penyampaian informasi atau
perintah. Gelombang otak berfrekuensi sangat rendah, sehingga mudah dipantulkan
oleh penghalang, seperti partikel debu dan akan tersebar sehingga mudah
dikumpulkan. Kebanyakan otak orang Indigo bekerja di gelombang dengan frekuensi
sangat rendah (Alpha ke bawah).”
Bayu kembali
berbicara, “bisa lebih disederhanakan?, misalnya dengan contoh”
...
_Halaman 46_