(dari cerita saya di hal 64)
Si kecil Rana
duduk di sofa panjang berwarna cokelat tua. Ia berada dalam sebuah ruangan yang
dikelilingi kaca di sisi belakang, dan kirinya. Di depannya ia melihat sebuah
dinding berwarna putih dan meja kayu dengan TV LCD 21 Inch di atasnya dan di
bagian kanan Rana melihat ada ruangan yang memanjang berisi meja makan ukuran
sedang dan perlengkapan dapur. Di ruangan yang memanjang itu ada sebuah pintu
yang sedikit terbuka menghadap ke arahnya. Ruangan itu adalah kamar tidur
dengan sebuah spring bed besar di dalamnya. Ia melihat lebih jauh ke dalam
ruangan memanjang dan mendapati sebuah pintu kamar mandi berada di ujungnya.
Rana
memandangi ruangan tempatnya duduk. Ruangannya tidak terlalu besar kira-kira
lima kali tujuh meter, ia sendirian tanpa ada seorangpun yang menemaninya. Lantainya
di tutupi karpet empuk berwarna krem. Sesekali ia celingukan mencari Clara dan
yang lainnya namun ia tidak mendapati mereka semua.
Sayup sayup
terdengar suara angin berhembus dari sela-sela jendela yang sedikit terbuka.
Rana menghampirinya. Ia melihat jauh dan memandangi orang-orang berlalu lalang
di bawahnya. Saat itu Rana menyadari bahwa dirinya berada di sebuah gedung yang
cukup tinggi, mungkin ini apartemen atau kondominium yang bisa dibilang cukup
mewah.
Dari kejauhan
terdengar suara dua orang yang saling adu mulut. suara tersebut terdengar
mendekati ruangan tempat Rana duduk. Rana merasa khawatir dan bingung dengan
hal itu. Suara tersebut terdengar dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang asing bagi dirinya.
Awalnya ia
menyangka bahwa suara tersebut adalah suara Clara, tapi setelah ia dengarkan
lebih teliti ternyata bukan.
Sepuluh menit
kemudian terdengar suara keduanya berada di depan pintu masuk ruangan
apartemen. Rana merasa cemas, ia masuk ke dalam ruang kamar dan bersembunyi di
balik pintu sambil mengamati keduanya dari sana.
Kedua orang
itu kemudian masuk ke dalam ruang apartemen. Mereka masih saling melempar
kata-kata celaan satu dengan lainnya. rana mengamati dan mencoba untuk
mengenali keduanya, namun ia tetap tidak mengenalinya. Perdebatan diantara
mereka terus berlanjut, hingga akhirnya seorang laki-laki yang berdebat itu
memukul kepala perempuan yang berada di hadapannya.
Perempuan itu
jatuh tersungkur, ia terlihat pingsan dan tidak sadarkan diri. Dari balik pintu
kamar, Rana merasa adrenalinnya benar-benar terpacu, jantungnya berdegup
kencang. Rana merasa sangat ketakutan namun ia menahan diri untuk tidak
bersuara.
Beberapa
menit kemudian laki-laki tersebut mengeluarkan sebuah jarum suntik dan botol
sangat kecil yang biasa digunakan dokter untuk menyimpan serum (cairan kimia).
Entah serum apa yang dikeluarkannya. Laki-laki itu memasukkan cairan dari dalam
botol ke alat suntik . Tangannya sangat terampil, sepertinya laki-laki itu
memang sudah sangat ahli dalam melakukan hal tersebut.
Sesaat
kemudian, ia menyuntik lengan kiri perempuan itu. Setelah selesai, ia merapihkan
peralatannya dan membersihkan semua bukti yang tersisa. Sebelum keluar ia
menatap ke sekitar, ia juga sempat melihat ke arah dimana Rana bersembunyi.
Rana semakin merasa takut, namun nampaknya laki-laki itu tidak menyadari
keberadaan Rana di balik pintu.
Setelah
laki-laki itu pergi, Rana keluar dari persembunyiannya. Ia menghampiri
perempuan yang tergeletak tidak sadarkan diri. Rana bingung harus berbuat apa.
Tiba-tiba
ruangan menjadi gelap total, ia tidak bisa melihat apa-apa. Beberapa menit
kemudian Rana merasa tubuhnya seperti melayang-layang. Setelah itu Rana melihat
bayangan tentang kecelakaan Bayu, disusul dengan bayangan-bayangan lainnya yang
sangat mengerikan. Darah, tubuh yang tersayat, ledakan dan banyak lagi hal-yang
membuat Rana sangat ketakutan. Selanjutnya, Rana melihat sebuah pemakaman
dengan puluhan orang berkerumun mengelilinginya. Rana coba mendekat, ia melihat
Yudis Bayu dan Rasyid berdiri sejajar.
‘Kak Clara
dimana??’ tanya Rana dengan penuh kecemasan. Ia mengamati sekitar, dan sangat
khawatir dengan keberadaan Clara. ‘kak Clara dimana??’ tangisnya pecah
Seorang
perempuan dewasa dan seorang anak kecil berjalan dengan bergandeng tangan memasuki
kerumunan, mata mereka terlihat sembab. Nampaknya kedua orang itu adalah orang
yang paling terpukul atas kematian tersebut. Setelah Rana mengamati, ternyata
wanita itu adalah Clara.
‘lalu siapa
yang sedang di makamkan itu?’ tanya Rana antusias.
Beberapa saat
setelah jenazah selesai di kuburkan, seorang petugas pemakaman mengangkat
sebuah papan bertuliskan nama dan tanggal kelahiran-dan kematian almarhum.
Rana
mengamati papan itu dan ia melihat terpampang sebuah nama yang tidak asing bagi
dirinya.
“……………”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar