Dari kejauhan Dirga memanggil
kami yang telah kelelahan “ayoo, cepat. sebentar lagi kita sampai”
Aku, dan yang lainnya masih duduk
di sebuah shelter memandangi tebing hijau yang berjajar mengelilingi kami.
Setelah mendengar panggilan dirga, kami saling tatap. “sebentar lagi kita
sampai”
“Ayo jalan” ucap gea mencoba
menyemangati kami dengan sisa-sisa tenaganya. “ayo.. “
Dari kejauhan, lagi-lagi dirga
meneriaki kami, kali ini untuk melihat ke bawah, dia bilang jalanan curam dan
licin karena habis hujan. Trek saat itu memang licin, terdiri dari bebatuan dan
tanah, jangan harap ada kendaraan yang bisa lewat sini. Kami berada di tengah
lembah hijau gunung halimun salak, tebing itu mengelillingi kami, dan kami
merasa benar-benar berada di lembah, di sisi kanan tebing terlihat kucuran air
dari sela sela bebatuan. “dirga, itu curugnya?” tanyaku antusias
“iya itu, sepertinya kering. Sudah,
Kalian jangan liat kanan atau kiri, focus aja sama jalan.hati-hati licin”
Tak lama kami berjalan, aku, gea,
friska dan rian bertemu dengan jalan berbelok. dirga berdiri di kelokan sambil
tersenyum. Dan saat kami berbelok ia berkata “selamat datang di curug seribu,
lukisan Tuhan di Bumi”
Subhanallah, Dimanakah kita?
Inikah surga dunia. Tak heran jika prof Santos seorang peneliti dari brazil
mengatakan bahwa samudera atlantis yang hilang itu adalah negri kami Indonesia.
“arghhh! Dirga, kamu berbohong.
Kau bilang curugnya yang disebelah kanan tadi. Ternyata di balik tebing ini..”
ucap gea kesal
“haha, maaf-maaf”
Saat itu kami berdiri menatap
tebing yang tingginya 143 meter. Air curug mengucur deras tanpa henti, kabut di
puncak tebing menambah suasana semakin eksotis. “indahnya….!!” Ucapku
terperangah.
Inilah pertama kalinya aku
mengunjungi tempat seindah ini, sungguh “Nikmat Tuhan Manalagi Yang Kau
Dustakan” . Allah Maha Besar, dan menunjukkan kebesarannya di hadapan kami
sekarang.
Aku teringat ucapan seorang guru
sejarah sewaktu smp dulu. Beliau bertanya “Kenapa Indonesia kaya akan seni dan
budaya?”
Kami terdiam, seorang teman
berkata “karena kita terdiri dari berbagai macam suku bangsa pak”
“ya benar, bangsa Indonesia
memang terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Dan tahukah kalian siapa yang
mengajarkan budaya pada nenek moyang kita?”
Semuanya diam dan saling tatap.
Beliau menyambung perkataannya
“yang mengajarkan nenek moyang kita adalah Tuhan, Ia mengajarkan lewat lukisan
alam ciptaanNya. Dan nenek moyang kita dianugerahi ilmu untuk itu, untuk
berkomunikasi dengan Tuhan dengan seni dan budaya. Mereka berkomunikasi dengan
Tuhan meskipun mereka bukan nabi atau rasul. Namun mereka adalah orang yang
dekat dengan Tuhan, bahkan dapat merasakan keberadaanNya lewat ciptaan yang
dilukiskan secara nyata di alam”
Baru kali ini kami diajak untuk
berfikir menyelami sejarah bangsa kami sendiri. Selama ini guru sejarah selalu
terpaku pada teori-teori barat yang mengatakan bangsa Indonesia berasal dari
yunan, tapi beliau membuka cakrawala kami tentang fakta sejarah yang
dikemukakan oleh ilmuan negeri ini. Beliau mengutip perkataan bung hatta yang
mengatakan bahwa ‘nenek moyang bangsa Indonesia bukan berasal dari yunan, tapi
sebaliknya’. Nenek moyang bangsa asia adalah berasal dari Indonesia. Karena faktanya,
manusia pra sejarah banyak tinggal di tepi sungai dan berlindung di dalam goa.
Dan asal kalian tahu bahwa negara dengan jumlah sungai terbanyak, adalah
Indonesia. Negara dengan goa terbanyak adalah juga Indonesia, negara dengan
peninggalan pra sejarah terbanyak adalah Indonesia. Disini kita bisa menemukan
ribuan candi, sarkofagus, gerabah, tulang belulang yang memfosil, dan yang
lebih mencengangkan adalah menemuan piramida gunung sadahurip yang menjadi
misteri yang menggemparkan.
Aku kembali tersadar dari
lamunanku, lagi-lagi aku terperangah memandangi curug seribu. Sampai sebuah
kalimat terucap dari bibirku “Alhamdulillah ya Allah kau lahirkan Aku dari
rahim orang Indonesia, maka izinkan aku mampu memberi manfaat pada Indonesia,
sampai kemudian Kau matikan dan menguburkan aku di tanah Indonesia”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar