Bel sekolah berdering dengan
keras, tanda pelajaran akan segera dimulai. Seorang remaja puteri terlihat
berlari dari kejauhan. “syaden, ayo cepat. kamu telat melulu !” gertak pak
satpam. “iya pak,, sbentar. Jangan tutup dulu”. Syaden kemudian lari makin cepat
memasuki pagar sekolah dan bergegas masuk ruang kelas. Syaden bukanlah anak
yang pandai menghargai waktu. Dalam seminggu dia hanya dua atau tiga hari
datang sebelum bel berbunyi. Dia anak yang berantakan, mungil lincah, periang
dan semua orang suka dengannya. Dia anak yang berprestasi di sekolah, sempat
mewakili sekolahnya untuk olimpiade sains dan 2 kali berhasil mempersembahkan
gelar juara.
Di ruang kelas terlihat hasbi
duduk di kursi paling depan dekat dengan meja guru. Hasbi adalah ketua kelas di xi ipa 3.
perawakannya tinggi, kulit sawo matang, alis tebal dan berkacamata. Di kelas
dia juga termasuk anak yang berprestasi dan merupakan satu-satunya siswa yang
nilainya diatas syaden. Sekeras apapun syaden berusaha, selalu saja mentok,
kalah dengan hasbi. Intelegensinya tinggi, leadershipnya juga sangat baik. Satu
tahun dia dipercaya memimpin organisasi siswa intra sekolah dan jadi orang yang
cukup berpengaruh di ekskul Rohis dan karate.
Pak Maja berjalan masuk ke ruang
kelas, semua siswa bergegas merapikan buku yang berserakan di hadapannya,
menyembunyikan PR yang belum selesai dikerjakan dan berharap semoga pak maja
lupa untuk memeriksa pr mereka.
“anak-anak, ayo PRnya
dikumpulkan” demikian kata pertama yang keluar dari mulut pak Maja ketika
beliau duduk di kursi guru depan kelas. “ntar pak sedikit lagi, eh…”teriak
seorang murid secara tidak sadar. Hanya dua orang yang mengumpulkan buku PR ke
meja pak maja, mereka adalah hasbi dan syaden.
Pak maja tersenyum pada mereka
berdua, kemudian berbicara pada siswa yang lainnya “sudah-sudah, kalo memang
nda bisa dikumpulkan ya sudah. Ngga usah dipaksakan”. Perkataan itu membuat
siswa-siswi di kelas langsung terdiam. “bapak ngga akan memaksa, kalian suadah
dewasa. Umur kalian sudah 17 tahun, kalian sudah kelas dua sma”pak maja
tersenyum lalu melanjutkan perkataannya “pr mau kalian kerjakan atau tidak,
buat bapak tidak ada masalah”.
“maksudnya pak?” Tanya syaden
penasaran.
“ya, kalian mau nilai berapa? 90,
100??”
Seorang siswa menyahut “seratus
pak,, hehe”
“ah, si gompal dikasih SKBM aja
udah ‘selametan’ pak” sambut siswa lainnya.
“hahaha”terdengar suara pak maja
dan seisi kelas tertawa. Setelah 2 menit suasana kelas sudah mulai tenang, pak
Maja kemudian melanjutkan “bagi bapak nilai angka bukan berarti apa-apa. Kalian
tau, dulu bapak juga sama seperti kalian sampai kemudian bapak bertanya dengan
seorang siswa yang selalu jadi siswa teladan di sekolah bapak. Bapak bertanya: gimana
caranya supaya bisa jadi siswa teladan di sekolah. Kalian tau apa jawabannya?”
siswa menggeleng.
“sederhana, dia berkata ‘saya
Cuma ingin jadi orang yang bisa
dipercaya, ngga mau mengecewakan orang lain dan itulah esensi tugas-tugas yang
bapak dan ibu guru berikan buat kita’. Kalian tahu lukisan monalisa karya
Leonardo da vinci?” para siswa mengangguk
“bila dilihat dari sisi sebelah kiri gambarnya akan tampak seperti laki-laki, dan bila dilihat dari sebelah kanan atau dari depan
gambarnya baru tampak jelas bahwa dia perempuan. Ada yang tau apa maksudnya?”
Syaden kemudian mengangkat tangan
“intinya out of the box pak. jangan melihat sesuatu dari satu sisi aja, tapi
lihat juga dari sisi lain karena Tuhan melekatkan sebuah makna dibalik
peristiwa”. Pak maja tersenyum dan mengangguk.
Hasbi mengangkat tangan, lalu pak
maja mempersilahkannya bicara
“ itulah yang menyebabkan harga
lukisan monalisa menjadi mahal pak, karena da vinci bisa menampilkan dua sisi
dalam satu bentuk gambar”
“great,
give applause them” pak maja melanjutkan “benar sekali apa yang dikatakan
oleh syaden dan hasbi. Orang yang punya pandangan luas terhadap peristiwa, dia
bisa melihat sebuah makna. Seperti teman bapak, ketika yang lain berlomba
mencari nilai, dia mengerjakan tugas bukan sekedar untuk mendapatkan nilai, tapi
dia sadar bahwa tugas adalah sebuah amanah maka dia kerjakan dengan
sungguh-sungguh wal hasil nilainya bagus dan mendapat kepercayaan dari
lingkungan disekitarnya. apabila kita bisa keluar dari pikiran sempit kita,
melihat sisi lain dari peristiwa yang terjadi, maka kita akan menjadi orang
yang bijaksana, amanah dan segala solusi dari permasalahan hidup ini akan lebih
mudah untuk kita temukan”…
.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar