sebuah artikel, oleh: yulian dwiantoro
terinspirasi dari buku: "saksikan aku seorang muslim, oleh: Salim A Fillah"
terinspirasi dari buku: "saksikan aku seorang muslim, oleh: Salim A Fillah"
Islam, dari kata salim yang
berarti selamat merupakan sebuah system yang telah mengakar kuat jauh sebelum
datangnya nabi Muhammad SAW. Betapa tidak, system itu telah mewarnai dunia
dengan warnanya yang indah dan teduh untuk siapa saja yang melihatnya dengan
nurani.
Tak dipungkiri karena
kecintaannya itu Ibrahim AS, rela dibakar hidup-hidup demi mempertahankan
keislamannya. Ia hanya mempercayai tuhan yang satu bukan banyak dan berupa
patung-patung besar tanpa nyawa tanpa daya. Tuhan dalam pandangan islam adalah
dzat yang maha sempurna, tak dapat diserupakan dengan apapun bukan pula roti
anak sapi yang kemudian dimakan oleh para pemuja berhala sesudah ia
menyembahnya.
Kecintaan yang mendalam yang
telah tercelup dalam hati seorang Ibrahim sang Rasul Allah yang agung yang
kemudian mencatatkan namanya dalam sejarah nan abadi sepanjang zaman. Bersamaan
dengan itu tumbanglah keangkuhan namrud yang merasa berkuasa atas segalanya
bahkan dengan kejinya telah menyerupakan Tuhan dengan seonggok patung tak
bernyawa.
Betapapun Api dengan jilatan yang
menyala-nyala tidak akan dapat membakar kekasih yang sudah Allah
cintai sebagai
Rasul pembawa wahyu. Ibrahim dengan izinnya Allah taqdirkan untuk tetap hidup
meski namrud dan bala tentara membakarnya dengan api yang menyala. Namun apa
yang terjadi, tak sedikitpun kekasih Allah itu terluka olehnya
Kami berfirman: "Hai api
menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim",(Al-Anbiya 69)
Namun sayang Ka’bah yang dahulu
ia bangun mulai diusik oleh para pendusta pagan yang menyusupkan sekelilingnya
dengan patung-patung sesembahana Latta dan Uzza. Nostalgia virus paganisme namrud
yang masih tersisa secuil, kemudian kembali mewabah di tengah penduduk Mekah
kala itu. Sungguh ingkar para kaum jahili.
Adalah Amr Ibn Luhay, ia
melakukan penggalian arkeologis terhadap berhala-berhala kaum Nuh yang menurut
berita tersebar di daerah Jiddah. Gia berhasil. Dia menemukan kembali wadd, Suwa’ , Yaghuts, dan Nashr. Syaikh
Shafiyurrahman Al- Mubarakfury dalam Ar Rahiiqul Maktuum member kabar bahwa ‘Amr
ibn Luhay telah berhasil bekerjasama dengan jin untuk menemukan lokasi itu. Berhala-berhala
itu dibawa ke Tihamah, dan setelah musim haji ditempatkan kembali pada
kedudukannya sebagai sesembahan.
Tak hanya itu, ‘Amr ibn Luhay
memperteguh otoritasnya sebagai pembaharu agama. Dia membangun sebuah system kepercayaan
dan peribadatan yang lestari hingga dibangkitkannya Rasulullah. Thawaf pada
berhala, bersujud memohon kepadanya, berhaji, berkorban, bernazar untuk berhala
itu dengan aneka ritual yang menjijikan bagi kita, tapi tidak dengan masyarakat
yang dengan kagum memandang ‘Amr Ibn Luhay. Bersamaan dengan itu timbullah
perdukunan, peramalan, pengundian nasib, perjudian dan khamr yang berjalan atas
logika dasar yang sama. Ia telah berhasil, ya, berhasil membuat kaumnya semakin
menyerusuk ke kedalaman kubangan sejarah.
Allah tetaplah Tuhan sang Maha Besar.
Ia turunkan nabi dan rasul untuk membimbing manusia menuju cahaya Islam agar
dunia ini tak lagi dalam gelap gulita karena kebutaan jahili.
Namun pengkhianatan-demi
pengkhianatan terhadap ajaran Islam terus dilakukan oleh umat- umat setelahnya.
Ironis, nabi musa ketika baru saja melewati laut yang tebelah dengan kuasa
ilahi langsung dikagetkan dengan pernyataan jahili bani israil. Betapa tidak,
mengagetkan baru sekian hembus nafas berganti ketika Allah menunjukkan kuasaNya
untuk menyelamatkan mereka,, kini apa yang mereka minta? “Bikinin Tuhan Dong!”
Dan kaum Musa, setelah kepergian
Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu
yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu
tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan
kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah
orang-orang yang zalim. (Al Araaf 148)
Cuma itu? Tidak, mereka bani
Israil benar-benar kaum membodoh. Ditinggal ke Gunung Thur sebentar saja, sudah
pandai buat Tuhan dari perhiasan emas yang seharusnya jadi bekal. Ini lagi
bukti Kabbalah, anak lembu, Apis yang
sangat dihormati dalam mitologi mesir kuno. Benar-benar Paganisme yang
diselundupkan.
Namun Musa Punya Allah yang telah
banyak membantunya. Samiri sang rahib berfikir kemudian apa yang dia lakukan?
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan
terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya (Al Baqarah 55)
Terus begitu, padahal Allah
dengan kasih sayangnya member makan berupa manna dan salwa dari surge, namun
apa kata mereka
Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam
makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia
mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya,
ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa
berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih
baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu
minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka
mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu
mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak
dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan
melampaui batas. (Al-Baqarah 61)
Lalu, mereka kembali berulah. Kali
ini benar benar melampai batas kesabaran kita. Lihat itu mereka, sedang duduk
garuk-garuk kepala di pinggir perbatasan Palestina. Kepengecutan membuat mereka
tak berani melangkah memasuki tanah yang dijanjikan Allah akan dikuasakan
kepada mereka. Dasar Budak Firaun, dengar apa yang mereka katakana kini
Mereka berkata: "Hai Musa,
kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada
didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja" (Al maidah 24)
Sungguh tidak pantas apa yang
keluar dari mulut mereka. Mungkin jika sudah ada teknologi dizaman itu mereka
akan bilang “hati hati ya, selamat berjuang. Nanti kalo udah menang miscall aja
ke hape gue. Semangka, semangat kakak ckck”
_bersambung_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar